
FAJARTIMURNEWS.com Poso Sulteng. Festival Danau Poso (FDP) bukan hanya ajang pentas budaya, tapi momentum untuk memperkuat keberagaman dan kerukunan bagi warga masyarakat Poso.
Kaops "Madago Raya" Kombes Pol. Heni Agus Sunandar mengemukakan hal itu usai menghadiri acara pembukaan Festival Danau Poso (FDP) ke-25 tahun 2025) malam, yang digelar di anjungan FDP, Kelurahan Pamona, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso. "Festival ini menggambarkan betapa Poso semakin kondusif dan aman, serta kerukunan dan persaudaraan nampak semakin kokoh dan terjaga, "demi suksesnya pelaksanaan festival serta lancarnya seluruh rangkaian kegiatan, TNI-Polri melakukan pengamanan terpadu, "katanya.
Ia memberi apresiasi warga masyarakat yang turut menjaga situasi dan suasana aman, selama berlangsung FDP. "saya salut dan memberi apresiasi warga masyarakat yang turut bersama aparat keamanan menjaga suasana damai selama FDP berlangsung, "katanya
Festival yang dihadiri pengunjung sekitar 2.000 orang dari berbagai daerah, larut dalam suasana gembira menyaksikan beragam atraksi budaya dan hiburan.
Suasana malam kian semarak tatkala lagu "Indonesia Raya" dan lagu daerah "Lembah Ntana Poso" bergema diikuti pemutaran video animasi serta fashion show bertema budaya Poso yang menjadi simbol semangat kebersamaan dan menjadi ruh utama FDP tahun ini.
Wamendagri Bima Arya Sugiarto, yang membuka FDP, ditandai pemukulan gong, mengaku sangat terkesan dengan keindahan alam dan keramahan masyarakat Poso. "saya hanya mendengar cerita Poso, tapi setelah saya datang ternyata Poso cantik dan menawan. FDP ini kelasnya sudah internasional, "kata Wamen.
Gubernur Sulteng Anwar Hafid, mengajak masyarakat untuk menjaga danau Poso sebagai aset yang berharga karena FDP kini sudah menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf. "danau Poso adalah danau terbesar ketiga di Indonesia. Mari kita jaga dan kembangkan agar sejajar dengan festival nasional lainnya seperti danau Toba, " tandasnya.
Bupati Poso Verna GM Inkiriwang menjelaskan, FDP pertama kali digelar pada tahun 1989 sebagai sarana pengembangan pariwisata daerah. Namun sempat terhenti akibat konflik kemanusiaan pada awal tahun 2000-an. "kini Poso sudah bangkit, aman dan damai. Festival ini bukti bahwa Poso layak kembali menjadi tujuan wisata nasional bahkan internasional,"tegas Bupati Poso.
(ditha/basri)

